
Dalam pernyataan tersebut, Curva Nord menegaskan kekecewaan terhadap manajemen klub, khususnya terkait kampanye tiket musiman. Mereka menilai kenaikan harga langganan tidak masuk akal, ditambah adanya daftar hitam yang membuat puluhan anggota kelompok tidak bisa memperbarui tiket musimannya, meski tanpa alasan jelas dan tanpa catatan kriminal.
Ultras menganggap kebijakan ini sebagai bagian dari sistem yang menyingkirkan suporter setia demi keuntungan finansial. “Kalian ingin stadion-teater? Silakan simpan sendiri,” tulis mereka, menuding San Siro kini berubah menjadi tempat steril tanpa identitas, coreografi, atau atmosfer khas.
Mereka menuntut agar semua tifosi yang diblokir bisa kembali masuk stadion, spanduk dan bendera diizinkan kembali, coreografi diperbolehkan, harga tiket lebih terjangkau, serta San Siro kembali menjadi stadion yang ramah bagi penonton.
Menurut Curva Nord, ini bukan sekadar pertarungan mereka, melainkan “perjuangan untuk masa depan seluruh tifoseria.” Mereka memperingatkan bahwa stadion yang sepi, abu-abu, dan tanpa warna justru akan lebih berisik daripada ribuan nyanyian.
Meski begitu, mereka menegaskan bahwa boikot ini tidak ditujukan kepada tim maupun pelatih Cristian Chivu, yang dianggap tidak bersalah dalam situasi ini. Dukungan kepada skuad tetap akan diberikan, meski dari luar stadion. Para ultras juga mengajak seluruh tifosi Inter untuk tidak mengibarkan bendera ataupun spanduk di Meazza sebagai bentuk solidaritas.
Pusat pertemuan mereka selama boikot akan tetap berada di Il Baretto, bar tradisional dekat San Siro, tempat berkumpul sebelum, selama, dan setelah pertandingan. Dengan langkah ini, laga debut Chivu di Serie A berpotensi berlangsung di San Siro yang dingin dan tanpa dukungan dari Curva Nord. Inter Dan AC Milan Dapatkan Diskon Dalam Pembelian Stadion San Siro